Jumat, 17 September 2010

S I A L?

"Lovis, kamu terlambat lagi? Sudah berapa kali saya peringatkan?”
Maaf, Pak. Tadi di jalan macet.”
Alasan lama. Kalau seperti ini terus, kamu bisa jangan ikut pelajaran saya!”
Jangan dong Pak, saya sehari ini selalu kena sial.”
Masa setiap hari kamu kena sial?”

Saya tadi bangun udah pagi Pak, terus saya mandi. Eh pas mandi, sabunnya abis. Saya beli deh di toko deket rumah saya. Tapi, masih tutup. Ya udah, saya perrgi ke toko komplek sebelah. Eh, ternyata lagi antri. Setelah dapet, saya kan mau mandi kan Pak, eh krannya mampet pak, terus saya numpang deh Pak mandi di rumah tetangga, tapi saya harus ngantri pak. Terus,”
Cukup, alasan yang sama. Itu bukan sial, tapi memang kamunya yang malas.”
Tapi bener kok Pak, saya berangkat tadi, bus-nya mogok…”
Kamu saya strap!”
Seperti otomatis, Lovis lalu mengangkat tangan kirinya dan memegang kuping kanan, dan sebaliknya, satu kaki kirinya di angkat cukup tinggi selama 30 menit seperti biasanya. Semua kelas pun nampak sudah bosan dengan pemandangan pagi itu. Terkecuali murid baru yang duduk di bangku yang biasanya kosong, tepat di sebelah bangku Lovis. Dia melihat keheranan,
Di pelajaran jam ke 2, Lovis duduk karena sudah berganti guru. “Huft, capek.” Dia duduk di bangkunya. Dan melihat sesosok cowok di sebelahnya “lo anak baru ya?”
Cowok itu hanya memanggutkan kepalanya dengan tatapan sok-nya.
Ye, songong banget sih, emang pindahan dari mana?”
Cowok itu hanya melihat sebentar, lalu berpaling liat ke arah papan lagi.
Di tanyain diem aja sih?”
Tetap, hanya melihat sebentar dan berpaling
Eh, lo budeg ya!?”
Sekarang dia tak menoleh sedikit-pun.
Ih, rese lo ya!” kata Lovis agak keras. Lumayan keras di kelas yang saat itu sepi. Dan Bu Hani, guru yang terkenal angker itu menoleh tepat ke arahnya.
O’oow.” Lovis mengigit bibir bawahnya
Ada apa Lovis?”
Ehm…ehm…anu Bu. Anu…”
Coba kerjakan soal di depan ini,”
Sial, fisika!” bisiknya sambil maju ke papan tulis dengan langkah gemetaran.
Setelah lima belas menit di depan papan, dia-pun menyerah tanpa menyisakan sedikitpun coretan jawaban.
Kalau tidak bisa, jangan bicara sendiri. Kamu sudah merasa pintar?”
Eeng... engga kok Bu.”
Kalo saya bicara, jangan menyela. Kamu itu, udah dari dulu saya melihat nilai-nilai kamu, nggak ada satu-pun yang dapet 8.”
Pernah kok bu,”
Sekali lagi, kalo saya bicara jangan di sela. Pernah, itu karena teman kamu kan yang salah koreksi, akhirnya saya ralat jadi 6,5. Nilai kamu selalu ngepas. Kalau kamu tidak mau merubah sikap dan sifat kamu yang seperti ini, kamu tidak akan bisa melanjutkan ke universitas yang kamu mau.”
Tapi,”
Jangaan menjawab! Sekarang, ada yang bisa mengerjakan soal ini?”
Seisi kelas hanya hening, lalu murid baru itu-pun maju dan hanya butuh 3 menit untuk menjawab soal itu. Dan hasilnya, benar!
Kamu murid baru?” kata bu Hani dengan senyum untuk pertama kalinya (yang terlihat)
Murid baru itu hanya tersenyum. “Kamu pindahan dari mana?” kata Bu hani lagi
Dari Medan.” Dia sangat santun, setiap tutur bahasanya yang lembut, selalu di hiasi senyuman
Baiklah, silahkan duduk.” Kata bu Hani dengan (tetap) tersenyum
Saya juga boleh duduk, Bu?”
Melihat Lovis, muka sangar bu Hani kembali lagi “iya.”
Jutek amat sih, Bu.”
Lovis! Kamu yang sopan ya sama saya!”
Iya bu, maaaf.”
Baik, sekian pelajaran dari saya. Silahkan istirahat.” Tepat bel istirahat berbunyi
Lovis dan murid baru itu duduk. “Hebat juga lo?”
Nggak. Biasa aja.” Katanya dengan singkat tanpa ekspresi
Lovisya.” Lovis mengulurkan tangannya dan dia-pun menjabatnya “Reyas.”
Sori ya, gue tadi udah ngatain elo budeg? Hihi.” Lovis nyengir kuda
Reyas tersenyum, “saya bukan budeg, tapi saya lagi mencatat.”
Uhm, lo pinter juga ya?”
Bukan, itu karena saya suka memperhatikan pelajaran. Enggak suka ngomong sendiri pas pelajaaran.” Katanya sambil tersenyum (lagi) dengan ramah
Iya. Nggak kayak gue. Lo nggak ke kantin?”
Kamu nggak ke kantin sama temen-temen kamu?”
Males ah. Masih kenyang gue.”
Oh, yaudah. Saya juga di sini aja.”
Tapi kalo lo mau, gue bisa anterin elo, tapi gue nggak ikut beli. Hihi.” (ngirit apa bokek?) hahahaha
Ngga usah. Ngga papa kok.”
Di luar aja yuk Yas?”
Lovisya dan Reyas duduk di serambi kelas. Nggak sedikit cewek yang lewat selalu noleh ke arah Reyas. Ada yang cengar-cengir, senyum, dan heran.
Vis, sini sebentar.” Panggil Sasha di kejauhan.
Bentar yah, Yas.” Lovis bergegas kearah Sasha. “Apaan Sha?”
Cowok lo?”
Bukan, anak baru.”
Hah? Cakep banget. Kenalin dong.”
Nggak berubah deh. Males ah!”
Please…”
Ntar aja yah. Nggak enak gue tinggalin sendiri. Bye!”
Lovis segera menemani Reyas.
Eh, Yas. Lo pindah dri Medan ke sini kenapa?”
Ikut Ayah. Ayah dapat proyek di Jakarta. Makanya saya sekeluarga ikut pindah.”
Keramahan Reyas tak kunjung padam. Dia memang bener-bener cowok yang friendly (ganteng pula!).
Emang lo berapa bersaudara?”
Aku punya adik perempuan satu. Sekarang ikut grandma and mom di UK. And my bro, ambil S2 di Paris.”
UK? Elo..?”
iya. Nenek dari Ayah Saya warga negara UK, nikah dengan kakek saya orang Manado. Sedangkan nenek dari ibu saya asli Kanada, menikah dengan kakek saya orang Surabaya. Ibu dan ayah saya bertemu di Melbourne dan tinggal selama 5 tahun di sana.”
Gila nih cowok, bahasanya baku banget? Tapi logatnya kok sedikit kayak bule yah? (Emang bule kali Vis -_-)
Berarti lo indo dong?”
Pantesan cakep. Hihi.
Umur 17 nanti saya harus memilih, ingin jadi WNI atau ikut nenek di UK.”
Terus?”
Saya memilih di UK, ikut nenek saya. Sebenarnya keluarga saya banyak yang sudah menetap di UK. Bahkan nenek dari ibu saya itu juga bergabung di UK. Tinggal saya di sini menemani ayah saya.”
Kurang berapa taon lagi, Yas?”
Setahun ini. Mungkin 9 bulanan lah. Oh iya, gimana sama kamu, Lovisya?”
Gue? Gue sih cuman asli pribumi ajah. Bokap betawi, nyokap Bandung. Nama gue ini, di ambil dari nama murid dari nyokap gue, katanya sih biar ketularan cantik. Hehe. Hanna Lovisya Puteri.”
Maaf, saya hanya sedikit tahu bahasa santai orang Jakarta.”
Oh, iya-iya. Gue ngerti. Nama lengkap kamu siapa, Yas?”
Treiyoshich Joeliann Pierre Lengkong.”
Panjang amat nama lo!”
Kalo adik saya, Sevvanie Joeliann Pierre Lengkong. My bro, Dersholvanno Joeliann Pierre Lengkong.”
Oh, cuman beda depan aja Yas?”
Right. Joeliann takes from my dad, Joeliann Radian Lengkong. Pierre takes from last name my grandpa’s from my mom, Troy Movando Pierre. And last, Lengkong takes from my grandpa’s from my dad Abraham Joseph Lengkong.” Katanya sambil senyum. Lovis pun hanya melongo. Ngerti nggak ngerti, dia harus keliatan ngerti. Nngagguk ngangguk kayak anak metal.
Ehm... Berarti nama lo universal dong? Hehe.”
Kamu bisa saja.”
Yas, masuk yuk. Udah bel nih.”
Ternyata dibalik kesialan gue, ada pangeran ganteng yang menunggu. Hahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar sih boleh . malah bagus ... tapi yang sopan ya :)

 

Copyright Lely Rachmawati Soeharsono 2 0 1 3| Contact Me |Chat With Me (Y! Messanger)